Selasa, 19 Februari 2013

Perkembangan Komersialisasi Mangga Jawa Timur


Tulisan ini dibuat sebagai salah satu bahan penulisan Laporan VCKI (Value Chains Key Informan) Access to Modernizing Value Chains by Small Farmers in Indonesia, USAID AMA CRSP Project dan CAPAS Unpad


Perkembangan Komersialisasi Mangga Jawa Timur
Oleh: Dea Maulana Yusuf


Sejarah Penanaman
Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan tanaman mangga mulai ditanam di wilayah Jawa Timur. Menurut informasi dari beberapa Key Informant, tanaman mangga sudah tumbuh dan berkembang secara tersebar di kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa Timur sejak zaman penjajahan Belanda. Banyak yang beranggapan demikian dikarenakan seiring sejarahnya terdapat dua kebun percobaan dan penelitian mangga yang ada di Jawa Timur yaitu di Kabupaten Pasuruan yang dibentuk pada zaman penjajahan Belanda.
Sejak dulu, mangga telah diproduksi di beberapa kabupaten diantaranya Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso, Gresik, Kediri, Tuban, Madiun, dan Nganjuk. Daerah tersebut lah yang diklaim sebagai daerah pertama penanaman mangga di Jawa Timur. Namun dari empat kabupaten sentra produksi saat ini, daerah pertama untuk pengembangan produksi mangga di Jawa Timur yaitu Probolinggo. Pasuruan dan Situbondo dikenal sebagai daerah pengembangan setelah Probolinggo. Setelah itu, Bondowoso dikenal sebagai daerah pengembangan selanjutnya.
Probolinggo sudah dikenal sebagai daerah sentra mangga sejak Tahun 1970an, sementara untuk Situbondo dan Pasuruan setelah Tahun 1980an, dan Bondowoso merupakan daerah yang pemasaran mangganya dilakukan oleh Situbondo sehingga sampai saat ini Bondowoso masih belum dikenal secara luas sebagai daerah produsen mangga Jawa Timur.

Sejarah Pendirian Kebun Percobaan dan Penelitian Mangga di Pasuruan
Kebun penelitian mangga Pohjentrek berdiri pada Tahun 1914 di Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan. Kebun tersebut dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk mengoleksi tanaman mangga bahkan peta lokasi kebun Pohjentrek didesain menyerupai buah mangga. Sampai saat ini, kebun tersebut masih berfungsi sebagai balai benih induk untuk tanaman mangga dan merupakan salah satu unit di bawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur.
Kebun percobaan mangga Cukur Kondang dibangun pada Tahun 1938 dan berlokasi di Grati, Kabupaten Pasuruan. Kebun ini berfungsi sebagai kebun koleksi mangga. Pada Tahun 1941, seluruh tanaman mangga yang berada di Indonesia dikumpulkan di kebun percobaan ini sehingga sampai saat ini kebun ini merupakan kebun koleksi mangga terlengkap se-Asia Tenggara. Kebun percobaan Cukur Kondang secara organisasi berada di bawah Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika (Balitjestro) Batu, Malang, namun pengelolaan mangga di kebun percobaan ini ditangani oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu) Solok, Sumatera Barat. Kedua instansi tersebut masih dibawah Deptan.

Sejarah Varietas
Sejak pertama kali tanaman mangga dikenal di wilayah Jawa Timur, varietas yang dikenal dan mendominasi (40% lebih dari seluruh tanaman mangga yang ada di Jawa Timur) adalah varietas Arumanis, Golek sebanyak 20 %, dan sisanya adalah mangga varietas lainnya. Varietas lainnya yang paling banyak dikenal yaitu varietas Manalagi dan Podang.
Apabila ditelusuri, di setiap kabupaten hampir dijumpai mangga Arumanis. Namun ada beberapa Key Informant yang membagi varietas mangga berdasarkan keungulan komparatifnya. Misalnya, Kabupaten Probolinggo lebih dikenal untuk mangga Arumanis dan Lalijiwo (atau biasa disebut mangga Manalagi Probolinggo), Pasuruan lebih dikenal untuk mangga Gadung, Situbondo untuk Arumanis dan Manalagi Situbondo, dan Bondowoso untuk Arumanis.
-          Varietas Arumanis 143
Pada Tahun 1984, melalui penelitian di kebun percobaan Cukur Kondang, dilepaslah varietas mangga Arumanis 143 sebagai varietas mangga unggulan oleh Deptan dan disebarkan ke seluruh wilayah Jawa Timur bahkan ke Jawa Barat (Majalengka misalnya). Sebelum Tahun 1984, mangga Arumanis cukup dikenal dengan nama varietas Arumanis, namun setelah Tahun 1984, maka dikenal Arumanis 143 karena sebagian besar produsen bibit mangga langsung memproduksi varietas Arumanis 143 dan meninggalkan Arumanis biasa. Arumanis 143 dikenal sebagai mangga varietas unggulan karena produksi buah per musim konsisten, memiliki buah yang dominan seragam, serta produksinya kontinyu. Arumanis 143 merupakan seleksi dari 3 varietas Arumanis yang diklaim unggul yaitu Arumanis 1, Arumanis 135,d an Arumanis 143. Angka 143 merupakan nama klon mangga dari seleksi yang dilakukan.
-          Varietas Lainnya
Varietas Manalagi dan Golek yang merupakan varietas yang banyak ditanam pada akhirnya kurang dikembangkan. Selain kalah bersaing dalam preferensi konsumen yang lebih memilik mangga Arumanis, varietas Manalagi memiliki buah yang tidak seragam meskipun memiliki rasa yang enak, sedangkan varietas golek merupakan varietas yang sulit untuk dikembangkan (secara teknik sulit dilakukan perkawinan vegetatif untuk Golek).
Ada satu varietas mangga yang saat ini berkembang di daerah Pasuruan dan telah diupayakan untuk menjadi varietas unggul nasional, yaitu varietas Gadung. Pasuruan telah mengklaim varietas Gadung 21 sebagai keunggulan komparatif untuk wilayah Pasuruan, namun Deptan belum melepasnya sebagai varietas unggulan karena Deptan belum menemukan ada perbedaan mendasar pada Gadung 21 dan Arumanis 143. Secara sepintas, Gadung 21 dan Arumanis 143 hampir sama. Yang membedakan hanyalah daging buah dimana Gaung 21 lebih merah di bagian tengah dekat bijinya, juga untuk kulit buah. Apabila kondisi buah masih hijau, warna kulit buah Gadung 21 hijau semua, sedangkan Arumanis 143 ada kecoklat-coklatannya. Warna kecoklatan pada Arumanis 143 disebabkan bawaan dari mangga madu yang dipakai pada batang bawah Arumanis 143.

Program Pengembangan Mangga di Jawa Timur
Program pertama yang dikenal secara nyata dan besar-besaran sudah dilakukan di Jawa Timur yaitu pelepasan varietas mangga Arumanis 143 pada Tahun 1984 sehingga sejak saat itu banyak sekali program penanaman mangga yang dilakukan di Jawa Timur. Sejalan dengan pelepasan varietas unggul nasional tersebut, maka ada pengembangan mangga untuk di-kebun-kan. Dan setelah adanya perkebunan mangga, muncul program Kodex yaitu program peningkatan persyaratan mutu mangga ekspor dimana pada Tahun 1985 mangga Jawa Timur telah diekspor.
Program pemerintah dari Tahun 1980 sampai Tahun 1985 yang berkaitan dengan pengembangan tanaman mangga yaitu program pemeliharaan dan perbanyakan bibit mangga. Misalnya pada Tahun 1985/1986 ada perbanyakan bibit mangga di BBI Hortikultura Pohjentrek sebanyak 4.000 pohon. Setelah itu ada Program Penumbuhan Sentra Produksi Buah-buahan pada Tahun 1991/1992 yang berpusat di Gresik sebanyak 15.000 pohon dan pada Tahun 1992/1993 berpusat di Gresik (15.000 pohon), Tuban (15.000 pohon), Bondowoso (10.000 pohon), Situbondo (10.000 pohon), Banyuwangi (10.000 pohon), dan Sampang (15.000 pohon). Pada Tahun 1992/1993 juga ada Program Usahatani Lahan Marginal yang dikhususkan untuk tanaman mangga di Kabupaten Pasuruan ditanam bibit mangga sebanyak 25.000 pohon.
Tahun 1991/1992, di Jawa Timur telah dibangun kebun komersial mangga di beberapa kabupaten sentra produksi mangga. Pembangunan tersebut didukung melalui dana APBD, APBN, dan bantuan pemerintah Jepang OECF (Overseas Economic Cooperation Fund) yang sekarang menjadi JBIC (Japan bank for International Cooperation).
Pada Tahun 2003 sampai Tahun 2004, dilakukan pula pengembangan mangga melalui kegiatan Bagian Proyek Pengembangan Agribisnis Mangga dengan pola BPLM (Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat).

Pengembangan oleh dana OECF hanya dilakukan pada Kabupaten Situbondo. Dari proyek ini juga, pertumbuhan mangga kebun di Kabupaten Situbondo semakin meningkat.
Perkembangan mangga di Kabupaten Pasuruan secara besar-besaran terjadi juga pada Tahun 1996/1997 yaitu dengan adanya program PRT. Pada Tahun yang sama, ada juga program klonalisasi mangga untuk varietas Gadung di Pasuruan.
Program untuk Tahun 2008 – 2009 untuk Kabupaten Pasuruan yaitu adanya program peremajaan pohon yang dimaksudkan untuk mengganti pohon tua yang sudah tidak berproduksi oleh pohon baru dengan varietas yang diinginkan.

Perkembangan Komersialisasi Mangga di Jawa Timur
                Dari empat sentra produksi mangga (Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, dan Bondowoso), terdapat dua yang menjadi pusat pemasaran mangga untuk  pertama kalinya. Probolinggo untuk Pasuruan dan Situbondo untuk Bondowoso.
Probolinggo merupakan daerah pertama yang mengkomersialisasikan mangga di Jawa Timur. Sudah sejak Tahun 1970an, Probolinggo telah mengirim mangga ke luar daerah. Probolinggo dapat memenuhi permintaan pasarnya karena didukung Kabupaten Pasuruan yang banyak menyuplai mangga ke Probolinggo. Kemudian baru pada Tahun 1994 ada investor asal Surabaya (Pak Umar Arif) yang mencoba mengembangkan mangga di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan untuk orientasi ekspor ke Timur Tengah dan kemudian berhasil. Sejak saat itu, Pasuruan memudidayakan mangga secara massal dan beberapa ada yang dikebunkan seperti PT. Friga pada Tahun 1996 dan Pasuruan telah mampu memasarkan sendiri mangganya, meskipun masih tetap berhubungan dengan beberapa eksportir dari daerah lain misalnya Pak Suli Artawi dari Probolinggo dan Pak H. Wawa dari Cirebon.
Situbondo mulai memasarkan mangganya sejak Tahun 1990an. Pekembangan pasar mangga di Situbondo tersebut terjadi ketika kebun mangga yang banyak dibangun di Situbondo telah berbuah. Kemudian, Situbondo dapat pasokan mangga dari Bondowoso sehingga Situbondo sangat terkenal dengan mangganya. Sementara Bondowoso karena pemasaran mangganya melalui jalur Situbondo, maka sampai saat ini Bondowoso masih belum dikenal secara umum. Bondowoso mulai memasarkan mangganya ketika Tahun 2008 dan masih sedikit pedagang lokal yang mencoba memasarkan ke luar daerah/ pulau. Disamping Bondowoso, Kediri pun saat ini dikenal sebagai sentra komersialisasi mangga Podang.


Perkembangan Pengelolaan Mangga Intensif
Probolinggo sudah mulai intensif ketika Tahun 1986 karena saat itu mangga asal Probolinggo telah berhasil menembus pasar nasional dan ekspor. Situbondo juga sudah mulai pengelolaan intensif sekitar Tahun 1986 dengan banyaknya dibangun kebun-kebun mangga. Sedangkan Pasuruan mulai intensif pada Tahun 1994 ketika ada investor dari Surabaya yang bertanam dan mengembangkan mangga ekspor. Kemudian petani yang lainnya di Pasuruan mengikutinya dengan dukungan program pemerintah (PRT/ Pertanian Rakyat Terpadu) pada Tahun 1996 juga adanya perkebunan mangga milik PT. Friga. Sedangkan Bondowoso baru memulai intensif sekitar Tahun 2004 ketika banyak permintaan kualitas mangga untuk ekspor dari eksportir asal Probolingo dan Surabaya yang datang ke Bondowoso.

Perkembangan Teknologi Budidaya Mangga
Pengenalan teknologi mangga secara umum untuk wilayah Jawa Timur telah dimulai pada Tahun 1984 ketika pertama kali varietas unggul Arumanis 143 dikenalkan. Teknologi baru sebatas pemupukan dan pengairan karena faktor utama mangga berbuah yaitu pada kebutuhan air dan unsur pupuk P dan K. Teknologi ini juga yang dipakai untuk meningkatkan persyaratan mutu mangga ekspor.
Pengenalan teknologi selanjutnya terjadi pada Tahun 1990an yaitu pengenalan Kultar untuk merangsang pembungaan. Kemudian selanjutnya perawatan intensif melibatkan patrogenol, perangkap kuning, dan panen selektif dengan menggunakan kertas koran yang ditandai yaitu ketika dimulai mangga kebun, yaitu sekitar Tahun 1996.
Varietas Arumanis pernah mengalami jenuh sehingga pada Tahun 2006/ 2007 mulai dikembangkan empat varietas lainnya yang berpotensi menjadi buah unggulan nasional. Benih pengembangan tersebut telah ditanam di wilayah Pasuruan seluas 221 ha dan ditanam pula di daerah Bandung.
Kemudian pada Tahun 2008 dikenalkan teknologi ‘tomboking’ untuk mengganti varietas mangga dalam satu pohon tanpa membongkar pohon yang telah ditanamnya tersebut. Teknologi ini dapat menyelesaikan kesalahan varietas yang diinginkan petani pada saat penanaman dilakukan.
Penyerapan teknologi tersebut setiap daerah berbeda-beda. Probolinggo dan Situbondo relatif lebih cepat menyerap teknologi tersebut karena mangga kebun intensif telah banyak dilakukan di dua kabupaten tersebut. Kedua kabupaten tersebut yang paling cepat mengadopsi setiap perkembangan teknologi yang terjadi. Sedangkan untuk Kabupaten Pasuruan, petani mulai merawat mangganya pada Tahun 1994 namun masih di lahan marginal. Kemudian pada Tahun 1996 baru teknologi diterapkan pada kebun mangga. Bondowoso mulai menerapkan teknologi sekitar Tahun 2004.


Perkembangan Mangga Off Season
Mangga off season pertama kali dikenalkan di Jawa Timur sekitar Tahun 1996. Probolinggo dan Situbondo mulai menerapkan mangga off season ketika Tahun 1996 tersebut dan Pasuruan mulai mengembangkan mangga off season ketika Tahun 2003, sedangkan Bondowoso mulai mengenalkan mangga off season ini tahun ini (Tahun 2010).



Informasi Tambahan:
Adanya peningkatan dan penurunan produksi yang tajam pada Tahun 2001 – 2003 dikarenakan beberapa hal, diantaranya pasar kebutuhan buah-buahan meningkat, panen serentak di beberapa kantong-kantong produksi karena mangga, dan karakteristik produksi khas pohon mangga dimana produktivitas akan naik turun setiap setahun sekali, misalnya tahun ini produktivitasnya tinggi, apabila tidak dipelihara maka tahun selanjutnya produktivitasnya akan menurun. Karena sebagian besar pohon mangga tidak dirawat, maka kemungkinan besar produksinya akan berfluktuasi dengan sangat tajam. Mangga juga memiliki siklus produksi 8 tahunan dimana setiap 8 tahun sekali, produksi mangga akan sangat tinggi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik pohon mangga sendiri.
Varietas Arumanis 143 dikenal sejak Tahun 1984. Sebelum Tahun 1984, maka varietas tersebut cukup dikenal dengan Arumanis. 143 merupakan nama klon.
Pasokan mangga ke pasar modern yang pasti terjadi setelah Tahun 1996, kemungkinan Tahun 2000an seiring meningkatkan pertumbuhan pasar ritail modern dalam negeri, namun Laporan Dinas Pertanian Jawa Timur Tahun 1985 menyebutkan pada Tahun tersebut mangga telah berhasil ekspor. Eksportir Surabaya yang pernah masuk ke daerah sentra produksi Pasuruan pada Tahun 1994 yaitu Pak Umar Arif. 


5 komentar:

Dindin mengatakan...

Wah mantap .... nih

Dea Maulana Yusuf mengatakan...

Silahkan pak kalau ada yang ingin didiskusikan tentang mangga. Saya termasuk asisten peneliti paling lama di lembaga saya yang mengikuti perkembangan mangga Indonesia untuk ekspor.

Rachmat Seputro mengatakan...

Mantap mas. Selama ini saya bingung apakah mangga Gadung dan Arummanis itu sama atau beda. Ternyata memang beda, ada Gadung klon 21 dan Arummanis 143. Dua varietas yg berbeda. Sayangnya di jakarta, tempat saya tinggal, orang tidak tau istilah gadung, taunya Arummanis. Jadi disini sulit sekali kalau mau cari bibit yg asli gadung 21. Sm penjual pasti dikasihnya arummanis karena dianggap sama :)

Amisha mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

Sakti Kuncoro mengatakan...

Terima kasih atas ilmunya, sungguh menambah wawasan saya tentang mangga di Jatim, memang daerah ini sangat terkenal sekali dengan mangganya