Kegiatan pertanian yang dilakukan Negara Thailand sepuluh tahun terakhir ini sungguh menakjubkan. Thailand telah membuktikan dirinya sebagai negara agraris handal dengan memunculkan produk pertanian baru berkualitas seperti jambu Bangkok, durian Bangkok, dan sebagainya. Belum lagi produk-produk pertanian hortikultura lainnya, baik sayuran ataupun tanaman hias. Pada waktu penulis melakukan magang di BBIH Pasir Banteng Sumedang, salah satu bahan kajian penulis yaitu anggrek Dendrobium, sengaja diimpor dari Thailand. Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan. Kita tahu Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan spesies anggrek, namun anggrek sekelas Dendrobium harus didatangkan dari Thailand.
Indonesia pun dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan sumber plasma nutfahnya, memiliki jutaan hektar lahan pertanian subur yang prospektif untuk pengembangan beraneka macam komoditas pertanian strategis yang didukung pula oleh ketersediaan tenaga kerja murah, namun sampai saat ini, produk sejenis apa saja yang bisa mengalahkan Thailand, serta berapa total volume ekspor produk pertanian apabila dibandingkan dengan Negara Thailand. Tentunya masih kalah jauh dengan Thailand.
Pengembangan sektor pertanian di Negara Thailand memang serius. Ketersediaan infrastruktur menjadi hal utama pemerintah dalam mengembangkan kegiatan pertaniannya. Semua fasilitas yang dibutuhkan petani dibangun pemerintah Thailand. Kita semua tahu, jalan sebagai saran transportasi pengangkutan produk pertanian serta saluran irigasi yang ada di Thailand jauh lebih baik dari negara kita. Jalan tersebut dibuat serius untuk memfasilitasi kelancaran kegiatan pertanian. Saluran irigasi dibuat lebar-lebar, tentunya dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Pengembangan teknologi budidaya dan pasca panen diperhatikan benar-benar sehingga saat ini baik budidaya maupun penanganan pasca panen tidak menjadi masalah yang berarti bagi petani. Thailand memiliki bank khusus untuk modal pengusahaan sektor pertanian, Bank of Agriculture and Agricultural Cooperatives. Prosedur peminjaman modalnya pun tidak rumit, bahkan akan sangat mudah apabila petani tersebut tergabung dalam sebuah koperasi. Anggunan bisa berupa tanah, deposito berjangka, ataupun melalui kelompok tani. Disamping itu, Thailand memiliki pasar induk terbesar se-Asia sebagai pasar pusat produk pertanian. Terbangunnya pasar seperti ini tentu bukanlah pekerjaan mudah, dibutuhkan sinergitas seluruh stakeholders. Pasar ekspor Thailand saat ini yaitu Eropa, Amerika Serikat, Jepang , Taiwan, Hongkong, Singapura, dan Indonesia. Peranan Menteri Pertanian Thailand juga dalam mengembangkan pasar ekspor produk pertanian Thailand sangatlah penting. Keseriusan menteri tersebut terbukti dengan terbukanya kembali kran ekspor produk pertanian ke Amerika Serikat yang ditutup sebelumnya. Ini membuktikan bahun membahunya seluruh pelaku serta pengambil kebijakan untuk membangun dan mensukseskan pertanian Thailand. Itulah komitmen pemerintah Thailand dalam mengembangkan sektor pertanian di negaranya. Bagaimana dengan negara kita?
Sampai saat ini, produk pertanian kita sebenarnya belum tertinggal jauh dari segi kualitas dengan Thailand, bahkan kita memiliki keunggulan dari beragamnya produk khas kita yang bisa dilirik pasar internasional. Apabila dibandingkan juga keahlian antara petani Indonesia dengan petani Thailand tidaklah jauh berbeda. Teknik dan cara petani Thailand tidak terlalu canggih, masih relatif sama dengan petani Indonesia, namun dukungan penuh dari pemerintah dan seluruh stakeholders yang menjadikan petani Thailand lebih unggul dalam produksinya.
Campur tangan pemerintah Thailand sangat dirasakan manfaatnya oleh petani Thailand. Keterpaduan program dan kebijakan sangat mendukung iklim usaha pertanian yang progresif. Contoh nyata kepedulian pemerintah Thailand serta keseriusan dalam mengembangkan produksi pertanian yaitu dengan menyediakan bibit unggul yang berkualitas. Penelitian untuk menghasilkan bibit unggul ini didukung berbagai pihak sehingga saat ini yang ditanam petani Thailand adalah bibit unggul berkualitas sehingga terdepan dalam kualitas maupun kuantitas. Pemerintah membagikan bibit unggul hasil penelitian tersebut sehingga yang dihasilkan petani adalah produk pertanian berdaya saing tinggi dan diminati konsumen sehingga wajar saja apabila bisa menembus pasar internasional.
Hal berbeda terjadi di Indonesia. Waktu penulis melakukan penelitian tentang program revitalisasi jeruk keprok Garut-I dimana dalam program ini ditanam ribuan bibit jeruk keprok Garut-I yang murni dan sehat. Pemerintah kita melalui Dinas Pertanian Kabupaten Garut tidak melakukan kegiatan sebagaimana pemerintah Thailand. Pemerintah kita lebih terfokus pada tercapainya pelaksanaan program tersebut tanpa menghiraukan kualitas bibit jeruk yang diberikan ke petani. Alhasil, program revitalisasi jeruk tersebut yang sebenarnya telah dimulai pada Tahun 2004 sampai sekarang (terakhir Tahun 2007), belum menunjukkan hasil yang optimal. Banyak petani jeruk kecewa dengan bibit yang ditanam mereka sehingga mereka rugi jutaan rupiah. Program tersebut telah menghabiskan dana milyaran rupiah tanpa hasil yang memuaskan.
– Dea Maulana Yusuf, 24/02/08 –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar